TUGAS
MAKALAH
TAMADUN
DAN TUNJUK AJAR MELAYU
DI
SUSUN OLEH :
ARI
SUSANTO 150565201002
ERA
FATMAWATI 150565201009
KRISYE
ARGA 150565201077
SYARDI
GUSTIRANDI 150565201059
WARDIANSYAH 150565201051
PROGRAM
STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa, yang mana telah memberikan kita
rahmat serta karunianyalah telah memberikan kesempatan kepada kelompok kami
menyiapkan makalah ini dengan baik dan selesai tepat dengan waktunya. Dan tak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada Dosen Pengampu Zulfan Efendi yang telah memberikan tugas ini kepada kami
, dan tugas ini berjudul “ KETELADANAN
ORANG MELAYU DALAM MEMANFAATKAN WAKTU DAN PETUAH KEBURUKAN TIDAK MEMANFAATKAN
WAKTU “.
Dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menjadi pedoman untuk para pembaca,dan
semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi para pembacanya. Dan untuk
kedepannya makalah ini lebih benar dan baik penyusunannya. Dengan batas
kekurangan dan pengetahuan, pihak kami meminta saran serta kritik yang dapat
membangun kami menjadi lebih baik dan terlihat sempurna.
Tanjungpinang,
21-Juni-2016
Penyusun
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar
Belakang..................................................................................................
1.2
Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3
Tujuan................................................................................................................
1.4
Manfaat.............................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................. `
2.1 Keteladanan
Orang Melayu Dalam Memanfaatkan Waktu..........................................
2.2 Petuah
Keburukan tidak memanfaatkan Waktu............................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada hakikatnya keteladanan orang melayu sangat terkait
pada ruang waktu, secara garis besarnya ada tiga dimensi waktu, dahulu,
sekarang dan masa yang akan datang. Ditinjau dari segi bahasa, orang melayu
sangat memperhatikan waktu. Keterangan waktu yang ada dalam bahasa melayu dapat
dijadikan bukti kesadaran orang melayu dalam dimensi waktu.
Orangtua merupakan benang merah yang
terus menghubungkan generasi Melayu dari masa ke masa. Kalau dalam kenyataannya
sekarang banyak orang Melayu yang kurang pandai memanfaatkan waktu, hali ini
menunjukkan bahwa mereka kurang menghayati dan kurang peduli terhadap
nilai-nilai budayanya. Bila
waktu tidak digunakan dengan baik maka akan terbuang untuk perkara yang
sia-sia. Semua orang mersakan hal itu. Maka jika seseorang tidak mengisi
waktunya dengan kebaikan, ia akan menghabiskan waktunya untuk kejelekan. Orang
yang tidak mengambil faedah dari waktu mereka, menyia-nyiakannya untuk perkara
yang merugikan, maka waktunya itu akan menjadi padang rumput bagi syetan-syetan
yang senantiasa membolak-balikkannya dalam kesesatan.
Dalam masyarakat orang melayu, keteladanan orang melayu
dalam memanfaatkan waktu dan petuah
keburukan tidak memanfaatkan waktu
merupakan etika atau budaya, sopan
santun serta bertutur kata orang melayu, orang melayu sangat semangat dalam bekerja dan
tidak mudah putus asa, mereka tidak membuang waktu begitu saja. Keteladanan
orang melayu dalam memanfaat kan waktu sangat penting.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
orang melayu Memanfaatkan Waktu.
2. Apa
Petuah Keburukan tidak memanfaatkan Waktu.
1.3 Manfaat
Manfaat mempelajari
tamadun dan tunjuk ajar melayu ini agar kita lebih cinta
Kepada tanah melayu, dan menjunjung
tinggi hakikat melayu.
1.4 Tujuan
Tujuannya adalah agar kita bisa memahami istilah
melayu yang pandai menghargai dan memanfaatkan melayu.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Keteladanan Orang Melayu Dalam
Memanfaatkan Waktu
Kehidupan
manusia pada hakikatnya sangat terkait pada ruang waktu, secara garis besarnya
ada tiga dimensi waktu, dahulu, sekarang dan masa yang akan datang. Ditinjau
dari segi bahasa, orang melayu sangat memperhatikan waktu. Keterangan waktu
yang ada dalam bahasa melayu dapat dijadikan bukti kesadaran orang Melayu dalam dimensi waktu.
Secara
sepintas, dengan memiliki sikap yang dimiliki sebagian masyarakat pendukung
kebudayaan Melayu yang sering longgar terhadap pemakaian waktu, sering kali
orang cenderung menyimpulkan bahwa orang-orang Melayu terlalu terpukau dengan
kejayaan masa lampau. Namun apabila dipelajari lebih lanjut, ternyata nilai
budaya Melayu yang dikemas dalam bentuk ungkapan-ungkapan, memandang penting
ketiga dimensi waktu yang terus bergulir tanpa henti, seperti “yang dahulu
tempat berguru, yang akan datang tempat bertahan, yang dulu lepaskan lalu, yang
sekarang yang dipandang, yang besok yang akan ditengok”
Apabila
disimak ungkapan tersebut, ternyata buah pikiran para orangtua merupakan benang
merah yang terus menghubungkan generasi Melayu dari masa ke masa. Kalau dalam
kenyataannya sekarang banyak orang Melayu yang kurang pandai memanfaatkan
waktu, hal ini menunjukkan bahwa mereka kurang menghayati
dan kurang peduli terhadap nilai-nilai budayanya. Bila waktu tidak digunakan dengan baik
maka akan terbuang untuk perkara yang sia-sia. Semua orang mersakan hal itu.
Maka jika seseorang tidak mengisi waktunya dengan kebaikan, ia akan
menghabiskan waktunya untuk kejelekan. Orang yang tidak mengambil faedah dari
waktu mereka, menyia-nyiakannya untuk perkara yang merugikan, maka waktunya itu
akan menjadi padang rumput bagi syetan-syetan yang senantiasa membolak-balikkannya
dalam kesesatan.
Orang-orang
yang sadar akan cepatnya waktu berlalu, meraka adalah orang-orang yang
mendapatkan taufik dari Allah sehingga waktu mereka benar-benar bermanfaat.
Sungguh di zaman ini, kita akan melihat banyak orang yang menyia-nyiakan waktu
dan umumnya dengan sia-sia. Kebanyakan kita saat ini hanya mengisi waktu dengan
maksiat, lalai dari ketaatan dan ibadah, dan gemar melakukan hal yang sia-sia
yang membuat lalai dari mengingat Allah. Padahal kehidupan di dunia ini adalah
kehidupan yang sangat singkat, tetapi kebanyakan kita lalai memanfaatkan waktu
yang telah Allah berikan.
Dalam
kehidupan orang melayu, etika atau budaya kerja mereka telah di wariskan oleh
orang tuanya secara turun menurun. Masyarakat Melayu dulunya memiliki budaya kerja
yang disebut “semangat kerja” yang tinggi, semangat yang mampu harkat dan
martabat kaumnya “untuk duduk sama rendah
sama tinggi” dengan masyarakat dan dengan bangsa lain. Sedangkan, budaya
kerja masyarakat melayu yang lazim disebut dengan “pedoman kerja melayu”, di akui oleh banyak ahli, karena hal ini
sangat ideal dengan budaya kerja yang universal, terutama di dunia islam.
Dengan modal “pedoman kerja melayu” tersebut
masyarakat melayu mampu membangun
negeri dan kampong halaman, mereka juga mampu mensejahterakan kehidupan
masyarakat dan menghadapi persaingan.
Orang
tua-tua melayu mengatakan, “apa tanda
orang berilmu, ianya tau memanfaatkan waktu”. Ungkapan ini menunjukkan
bahwa orang melayu pada hakikatnya menyadari pentingnya memanfaatkan waktu.
Dalam ungkapan adat dikatakan, “pantang
melayu membuang waktu”, “siapa suka
menyia-nyiakan masa, alamat hidupnya akan binasa”. Dalam ungkapan lain
dikatakan, “barang siapa berlalaii-lalai, anak bininya akan kebelai”,
“barang siapa suka berlengah, alamat
hidupnya tidakkan semenggah”. Ungkapan-ungkapan ini secara tegas menunjukkan
pandangan orang melayu yang sangat menghargai
waktu. Waktu harus dimanfaatkan sebaik mungkin, agar mereka dapat hidup
sejahtera. Siapa saja yang tidak tau atau tak mau memanfaatkan waktu, hidupnya
akan sengsara dan penuh penderitaan.
Ungkapan
yang mengandung nilai pemanfaatan waktu cukup banyak dalam sastra lisan melayu.
Kebaikan orang yang pandai memanfaatkan waktu diperbandingkan dengan orang yang
membuang waktu, sehingga masyarakat dapat mengambil teladan mana yang baikdan
mana yang buruk.
Orang
tua-tua dengan arif memberi keteladanan pemanfaatan waktu dengan melakukan
berbagai kegiatan. Seorang petani harus dapat memanfaatkan musim memanfaatkan
waktu di ladang,
dikebun dan lain-lain. Seorang nelayan juga harus memberi contoh dengan memanfaatkan musim untuk turun ke
laut. Itulah sebabnya, kebanyakan orang melayu hidup dilaut dan didarat. Mereka
berprofesi sebagai petani sekaligus sebagai nelayan, atau juga nelayan yang
juga petani. Pola hidup ini mencerminkan pemanfaatan waktu yang telah diwarisi
turun temurun.
Sikap
orang melayu yang memandang waktu penting dengan memanfaatkannya sebaik mungkin
dapat disimak dari ungkapan berikut :
Apa
tanda melayu jati, Terhadap waktu berhati-hati Apa tanda melayu terbilang,
Terhadap
waktu ianya sayang Apa tanda melayu terpandang,
Pantang
baginya waktu terbuang Apa tanda melayu
berilmu,
Memanfaatkan
waktu ianya tau Apa tanda melayu beradat,
Terhadap
waktu ianya ingat Apa tanda melayu beradat,
Menghabiskan
waktu pada yang bermanfaat Apa tanda melayu beradat,
Menggunakan
waktu secara tepat Apa tanda melayu beriman,
Menghabiskan
waktu dengan perhitungan Apa tanda melayu berakal,
Memanfaatkan
waktu mencari bekal, Apa tanda melayu berbangsa,
Hidupnya
pantang membuang masa Apa tanda melayu bijak,
Membuang
masa ia tak hendak Apa tanda melayu budiman,
Memanaatkan
waktu untuk amalan Apa tanda melayu budiman,
Membuang
waktu ia pantangkan
2.1
Petuah keburukan tidak memanfaatkan waktu
Dari sikap orang melayu yang tidak
memanfaatkan waktu, waktu hidupnya hanya sia-sia yang tidak dapat memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya. Mereka termasuk orang yang menghilangkan peluang begitu
saja. Contoh orang seperti itu adalah orang yang tidak tamadun dan tidak akan
sukses. Siapa saja yang tidak tau memanfaatkan waktu, hidupnya akan sengsara
dan penuh penderitaan.
Beberapa
keburukan apabila tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik mugkin, keburukan
tersebut antara lain :
·
Ketahui bahwa engkau seperti hari-harimu
Hasan
Al-Bashri mengatakan, “wahai manusia, sesungguhnya kalian hanya kumpulan hari.
Takkala satu hari itu hilang, maka akan hilang juga sebagian dirimu”.[1]
·
Waktu pasti akan berlalu, beramallah
Ja’far
bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri,
“Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka
sebagian dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu,
lalu hilanglah seluruh dirimu (baca: mati) sedangkan engkau mengetahuinya. Oleh
karena itu beramallah”. [2]
·
Waktu bagaikan pedang
Imam
Asy Syafi’i Rahimahullah pernah mengatakan, “Aku pernah bersama dengan
orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal.
Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak
memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu”. Jika kita tidak mampu
memanfaatkannya, waktu sendiri yang akan menebas kita. Semangatlah dalam
memanfaatkan waktu luang anda dalam kebaikan, bukan dalam maksiat. Karena jika
kita tidak disibukkan dalam kebaikan, tentu kita akan beralih pada hal yang
sia-sia yang tidak ada manfaatnya.
·
Jika tidak disibukkan dengan kebaikkan,
pasti akan terjatuh pada perkara yang sia-sia
Lebih
lanjutan dari perkara Imam Syafi’i di atas, kemudian orang sufi tersebut
menyebutkan perkataan lain : “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang
baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)”.
*Waktu berlalu begitu cepatnya
Ibnul
Qoyyim rahimahulah mengatakan “waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya.
waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang
abadi. Penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih.
Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalan nya awa (mendung).
Barang siapa yang waktunya hanya
untuk ketaatan dan beribadah pada allah, maka itulah waktu dan umurnya yang
sebenarnya. Selain itu tidak di nilai
sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang
ternak.
*kematian lebih layak bagi orang
yang menyiakan waktu
Lalu
Ibnul Qoyyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu,
“jika waktu hanya di habiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar
menghamburkan syahwat (hawa nafsu), beangan-angan yang batil, hanya habiskan
dengan banyak tidur dan digunakan dalam
kebatilan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.
Lebih lanjut Ibnul Qoyyum
rahimahullah mengatakan “waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu
tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi,
penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih.ketahuilah
bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barang
siapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah kepada allah,maka itulah
waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak di nilai sebagai
kehidupannya, namun hanya teranggap seperti binatang ternak”
*Jangan sia-siakan waktumu selain
untuk mengingat Allah
Abdullah
bin Abdil Malik, beliau berkata “kami suatu saat berjalan bersama ayah kami
diatas tandunya. Lalu dia berkata pada kami. “Bertasbilah sampai di pohon itu.
“lalu kamipun bertasbih sampai di pohon yang ditunjuknya. Kemudian Nampak lagi
pohon lain, lalu dia berkata pada kami, “Bertakbirlah sampai di pohon itu”lalu
kami pun bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan ayah kami.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Segala
bentuk budaya Melayu yang kita pegang teguh saat ini merupakan warisan Kerajaan
Melayu masa
lalu. Keteladanan orang melayu dalam
memanfaat kan waktu merupakan ciri khas orang melayu, mereka tidak akan
meluangkan waktu mereka untuk hal yang sia-sia. Keteladanan orang melayu ini
sangat menjunjung tinggi waktu untuk bekerja keras. Dalam masyarakat orang
melayu, keteladanan orang melayu dalam memanfaatkan waktu dan petuah keburukan tidak memanfaatkan waktu merupakan etika atau
budaya, sopan santun serta bertutur kata
orang melayu, orang melayu sangat
semangat dalam bekerja dan tidak mudah putus asa, mereka tidak membuang waktu
begitu saja. Keteladanan orang melayu dalam memanfaat kan waktu sangat penting.
3.2 Saran
Kandungan tunjuk ajar melayu ini merupakan
gabungan dari nilai-nilai islam , nilai-nilai budaya melayu dan norm-norma
social yang terdapat dalam masyarakat melayu Riau. Nilai-nilai islam sangat
jelas terdapat dalam tunjuk ajar melayu karena keberadaan budaya melayu
berkaitan erat dengan nilai-nilai islam. Bahkan sebagian orang mengatakan bahwa
islam menjadi identitas utama orang melayu. Tenas Effendy lebih tegas
menyatakan bahwa dalam tunjuk ajar melayu terkandung ajaran islam dan berbagai
ilmu yang berguna dan juga
keteladanan dalam memanfaatkan waktu.
Oleh sebab itu tunjuk ajar melayu
sangat penting bagi orang melayu karena kandungannya mencerminkan nilai-nilai
luhur yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tunjuk ajar melayu yang
disampaikan orang-orang tua melayu digunakan untuk mengingatkan masyarakat
terhadap nilai-nilai luhur agar kehidupan manusi ini lebih terarah karena telah
mempunyai kecenderungan lupa, Effendy menerangkan bahwa “pentingnya kedudukan tunjuk ajar dalam kehidupan orang melayu menyebabkan
mereka berupaya sekuat tenaga untuk memperlajari, memahami, selanjutnya
mewariskan tunjuk ajar secara turun temurun”
DAFTAR
PUSTAKA
Haji, Raja
Ali. 2002. Tuhfat Al – Nafis Sejarah Riau
– Lingga dan Daerah Takluknya 1699-1864. Tanjungpinang : Yayasan
KhazanahMelayu.
Hasbullah.
2009. Islam dan Tamadun Melayu. Tanjungpinang
: Berdaulat Riau.
Idris,
Muhammad. 2016. Tamadun dan Tunjuk Ajar
Melayu. Tanjungpinang : UMRAH Press.
Galba, Sindu,
dkk. 2002. Pengkajian Nilai-Nilai Budaya
Melayu Pakaian Tradisional Masyarakat Melayu Kepulauan Riau. Tanjungpinang
: Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Riau bekerjasama dengan Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang.
Gunawan, Arif.
2010. Tradisi dan Kearifan Lokal Pulau
Sumatera. http://pakguruhonorer.blogspot.co.id/2015/06/tradisi-dan-kearifan-lokal-pulau.html. Diakses pada 11 April 2016, 19:33 WIB.
Muhammad Amin,
Maswardi. 2012. Memasyarakatkan Budi
Pekerti yang Terkandung dalam Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji. Tanjungpinang
: Absolute Media
Oktaviana,
Putri Zulva. 2013. Kearifan
Budaya Lokal daerah Kepulauan Riau. http://sitohangdaribintan.blogspot.com/2013/03/diskusi-tentang-kearifan-lokal.html. Diakses pada 25 April 2016, 20:40 WIB.
Putra,
Lukmannulhakim. 2006. Pulau Penyengat
Nyata-Nya Inderasakti. CV. Bandung : Rijakarsa Mandiri.
Peamanriza,
Ediruslan. 1985. Pertemuan Budaya Melayu
Riau 1985. Tanjungpinang : Pemerintah Daerah Tingkat I.
Sofyan,
Faisal. 2014. Sejarah Persemendaan Melayu
dan Bugis. Tanjungpinang : CV. Milaz Grafika dan CV. Halis Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar