Senin, 29 Mei 2017

KETELADANAN ORANG MELAYU DALAM MEMANFAATKAN WAKTU DAN PETUAH KEBURUKAN TIDAK MEMANFAATKAN WAKTU

TUGAS MAKALAH
TAMADUN DAN TUNJUK AJAR MELAYU

Description: Berkas:Logo Umrah.jpg
DI SUSUN OLEH :
ARI SUSANTO                                150565201002
ERA FATMAWATI                         150565201009
KRISYE ARGA                               150565201077
SYARDI GUSTIRANDI                 150565201059
WARDIANSYAH                            150565201051

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016



KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa, yang mana telah memberikan kita rahmat serta karunianyalah telah memberikan kesempatan kepada kelompok kami menyiapkan makalah ini dengan baik dan selesai tepat dengan waktunya.  Dan tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Zulfan Efendi yang telah memberikan tugas ini kepada kami , dan tugas ini berjudul “ KETELADANAN ORANG MELAYU DALAM MEMANFAATKAN WAKTU DAN PETUAH KEBURUKAN TIDAK MEMANFAATKAN WAKTU “.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menjadi pedoman untuk para pembaca,dan semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi para pembacanya. Dan untuk kedepannya makalah ini lebih benar dan baik penyusunannya. Dengan batas kekurangan dan pengetahuan, pihak kami meminta saran serta kritik yang dapat membangun kami menjadi lebih baik dan terlihat sempurna.

Tanjungpinang, 21-Juni-2016
Penyusun



KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1  Latar Belakang..................................................................................................
1.2  Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3  Tujuan................................................................................................................
1.4  Manfaat.............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. `
2.1 Keteladanan Orang Melayu Dalam Memanfaatkan Waktu..........................................
2.2 Petuah Keburukan tidak memanfaatkan Waktu............................................................

BAB III PENUTUP............................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pada hakikatnya keteladanan orang melayu sangat terkait pada ruang waktu, secara garis besarnya ada tiga dimensi waktu, dahulu, sekarang dan masa yang akan datang. Ditinjau dari segi bahasa, orang melayu sangat memperhatikan waktu. Keterangan waktu yang ada dalam bahasa melayu dapat dijadikan bukti kesadaran orang melayu dalam dimensi waktu.
Orangtua merupakan benang merah yang terus menghubungkan generasi Melayu dari masa ke masa. Kalau dalam kenyataannya sekarang banyak orang Melayu yang kurang pandai memanfaatkan waktu, hali ini menunjukkan bahwa mereka kurang menghayati dan kurang peduli terhadap nilai-nilai budayanya. Bila waktu tidak digunakan dengan baik maka akan terbuang untuk perkara yang sia-sia. Semua orang mersakan hal itu. Maka jika seseorang tidak mengisi waktunya dengan kebaikan, ia akan menghabiskan waktunya untuk kejelekan. Orang yang tidak mengambil faedah dari waktu mereka, menyia-nyiakannya untuk perkara yang merugikan, maka waktunya itu akan menjadi padang rumput bagi syetan-syetan yang senantiasa membolak-balikkannya dalam kesesatan.
Dalam masyarakat orang melayu, keteladanan orang melayu dalam memanfaatkan waktu dan  petuah keburukan  tidak memanfaatkan waktu merupakan etika atau budaya, sopan  santun serta  bertutur kata  orang melayu, orang  melayu sangat semangat dalam bekerja dan tidak mudah putus asa, mereka tidak membuang waktu begitu saja. Keteladanan orang melayu dalam memanfaat kan waktu sangat penting.


1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana orang melayu Memanfaatkan Waktu.
2.      Apa Petuah Keburukan tidak memanfaatkan Waktu.



1.3  Manfaat

Manfaat mempelajari tamadun dan tunjuk ajar melayu ini agar kita lebih cinta
Kepada tanah melayu, dan menjunjung tinggi hakikat melayu.


1.4  Tujuan

Tujuannya adalah agar kita bisa memahami istilah melayu yang pandai menghargai dan memanfaatkan melayu.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Keteladanan Orang Melayu Dalam Memanfaatkan Waktu

Kehidupan manusia pada hakikatnya sangat terkait pada ruang waktu, secara garis besarnya ada tiga dimensi waktu, dahulu, sekarang dan masa yang akan datang. Ditinjau dari segi bahasa, orang melayu sangat memperhatikan waktu. Keterangan waktu yang ada dalam bahasa melayu dapat dijadikan bukti kesadaran orang Melayu dalam dimensi waktu.
Secara sepintas, dengan memiliki sikap yang dimiliki sebagian masyarakat pendukung kebudayaan Melayu yang sering longgar terhadap pemakaian waktu, sering kali orang cenderung menyimpulkan bahwa orang-orang Melayu terlalu terpukau dengan kejayaan masa lampau. Namun apabila dipelajari lebih lanjut, ternyata nilai budaya Melayu yang dikemas dalam bentuk ungkapan-ungkapan, memandang penting ketiga dimensi waktu yang terus bergulir tanpa henti, seperti “yang dahulu tempat berguru, yang akan datang tempat bertahan, yang dulu lepaskan lalu, yang sekarang yang dipandang, yang besok yang akan ditengok”
Apabila disimak ungkapan tersebut, ternyata buah pikiran para orangtua merupakan benang merah yang terus menghubungkan generasi Melayu dari masa ke masa. Kalau dalam kenyataannya sekarang banyak orang Melayu yang kurang pandai memanfaatkan waktu, hal  ini menunjukkan bahwa mereka kurang menghayati dan kurang peduli terhadap nilai-nilai budayanya. Bila waktu tidak digunakan dengan baik maka akan terbuang untuk perkara yang sia-sia. Semua orang mersakan hal itu. Maka jika seseorang tidak mengisi waktunya dengan kebaikan, ia akan menghabiskan waktunya untuk kejelekan. Orang yang tidak mengambil faedah dari waktu mereka, menyia-nyiakannya untuk perkara yang merugikan, maka waktunya itu akan menjadi padang rumput bagi syetan-syetan yang senantiasa membolak-balikkannya dalam kesesatan.

Orang-orang yang sadar akan cepatnya waktu berlalu, meraka adalah orang-orang yang mendapatkan taufik dari Allah sehingga waktu mereka benar-benar bermanfaat. Sungguh di zaman ini, kita akan melihat banyak orang yang menyia-nyiakan waktu dan umumnya dengan sia-sia. Kebanyakan kita saat ini hanya mengisi waktu dengan maksiat, lalai dari ketaatan dan ibadah, dan gemar melakukan hal yang sia-sia yang membuat lalai dari mengingat Allah. Padahal kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang sangat singkat, tetapi kebanyakan kita lalai memanfaatkan waktu yang telah Allah berikan.
Dalam kehidupan orang melayu, etika atau budaya kerja mereka telah di wariskan oleh orang tuanya secara turun menurun. Masyarakat Melayu dulunya memiliki budaya kerja yang disebut “semangat kerja” yang tinggi, semangat yang mampu harkat dan martabat kaumnya “untuk duduk sama rendah sama tinggi” dengan masyarakat dan dengan bangsa lain. Sedangkan, budaya kerja masyarakat melayu yang lazim disebut dengan “pedoman kerja melayu”, di akui oleh banyak ahli, karena hal ini sangat ideal dengan budaya kerja yang universal, terutama di dunia islam. Dengan modal “pedoman kerja melayu” tersebut masyarakat melayu mampu membangun negeri dan kampong halaman, mereka juga mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat dan menghadapi persaingan.
Orang tua-tua melayu mengatakan, “apa tanda orang berilmu, ianya tau memanfaatkan waktu”. Ungkapan ini menunjukkan bahwa orang melayu pada hakikatnya menyadari pentingnya memanfaatkan waktu. Dalam ungkapan adat dikatakan, “pantang melayu membuang waktu”, “siapa suka menyia-nyiakan masa, alamat hidupnya akan binasa”. Dalam ungkapan lain dikatakan, “barang siapa berlalaii-lalai, anak bininya akan kebelai”, “barang siapa suka berlengah, alamat hidupnya tidakkan semenggah”. Ungkapan-ungkapan ini secara tegas menunjukkan pandangan orang melayu  yang sangat menghargai waktu. Waktu harus dimanfaatkan sebaik mungkin, agar mereka dapat hidup sejahtera. Siapa saja yang tidak tau atau tak mau memanfaatkan waktu, hidupnya akan sengsara dan penuh penderitaan.
Ungkapan yang mengandung nilai pemanfaatan waktu cukup banyak dalam sastra lisan melayu. Kebaikan orang yang pandai memanfaatkan waktu diperbandingkan dengan orang yang membuang waktu, sehingga masyarakat dapat mengambil teladan mana yang baikdan mana yang buruk.
Orang tua-tua dengan arif memberi keteladanan pemanfaatan waktu dengan melakukan berbagai kegiatan. Seorang petani harus dapat memanfaatkan musim memanfaatkan waktu di ladang, dikebun dan lain-lain. Seorang nelayan juga harus memberi contoh dengan  memanfaatkan  musim untuk turun ke laut. Itulah sebabnya, kebanyakan orang melayu hidup dilaut dan didarat. Mereka berprofesi sebagai petani sekaligus sebagai nelayan, atau juga nelayan yang juga petani. Pola hidup ini mencerminkan pemanfaatan waktu yang telah diwarisi turun temurun.
Sikap orang melayu yang memandang waktu penting dengan memanfaatkannya sebaik mungkin dapat disimak dari ungkapan berikut :
Apa tanda melayu jati, Terhadap waktu berhati-hati Apa tanda melayu terbilang,
Terhadap waktu ianya sayang Apa tanda melayu terpandang,
Pantang baginya waktu terbuang  Apa tanda melayu berilmu,
Memanfaatkan waktu ianya tau Apa tanda melayu beradat,
Terhadap waktu ianya ingat Apa tanda melayu beradat,
Menghabiskan waktu pada yang bermanfaat Apa tanda melayu beradat,
Menggunakan waktu secara tepat Apa tanda melayu beriman,
Menghabiskan waktu dengan perhitungan Apa tanda melayu berakal,
Memanfaatkan waktu mencari bekal, Apa tanda melayu berbangsa,
Hidupnya pantang membuang masa Apa tanda melayu bijak,
Membuang masa ia tak hendak Apa tanda melayu budiman,
Memanaatkan waktu untuk amalan Apa tanda melayu budiman,
Membuang waktu ia pantangkan



2.1 Petuah keburukan tidak memanfaatkan waktu
      Dari sikap orang melayu yang tidak memanfaatkan waktu, waktu hidupnya hanya sia-sia yang tidak dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mereka termasuk orang yang menghilangkan peluang begitu saja. Contoh orang seperti itu adalah orang yang tidak tamadun dan tidak akan sukses. Siapa saja yang tidak tau memanfaatkan waktu, hidupnya akan sengsara dan penuh penderitaan.
Beberapa keburukan apabila tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik mugkin, keburukan tersebut antara lain :
·         Ketahui bahwa engkau seperti hari-harimu
Hasan Al-Bashri mengatakan, “wahai manusia, sesungguhnya kalian hanya kumpulan hari. Takkala satu hari itu hilang, maka akan hilang juga sebagian dirimu”.[1]
·         Waktu pasti akan berlalu, beramallah
Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri, “Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, lalu hilanglah seluruh dirimu (baca: mati) sedangkan engkau mengetahuinya. Oleh karena itu beramallah”. [2]
·         Waktu bagaikan pedang
Imam Asy Syafi’i Rahimahullah pernah mengatakan, “Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu”. Jika kita tidak mampu memanfaatkannya, waktu sendiri yang akan menebas kita. Semangatlah dalam memanfaatkan waktu luang anda dalam kebaikan, bukan dalam maksiat. Karena jika kita tidak disibukkan dalam kebaikan, tentu kita akan beralih pada hal yang sia-sia yang tidak ada manfaatnya.
·         Jika tidak disibukkan dengan kebaikkan, pasti akan terjatuh pada perkara yang sia-sia
Lebih lanjutan dari perkara Imam Syafi’i di atas, kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain : “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)”.
*Waktu berlalu begitu cepatnya
Ibnul Qoyyim rahimahulah mengatakan “waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi. Penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalan nya awa (mendung).
           Barang siapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak di nilai  sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.
*kematian lebih layak bagi orang yang menyiakan waktu
Lalu Ibnul Qoyyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu, “jika waktu hanya di habiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), beangan-angan yang batil, hanya habiskan dengan banyak tidur dan  digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.
            Lebih lanjut Ibnul Qoyyum rahimahullah mengatakan “waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih.ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barang siapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah kepada allah,maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak di nilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti binatang ternak”
*Jangan sia-siakan waktumu selain untuk mengingat Allah
Abdullah bin Abdil Malik, beliau berkata “kami suatu saat berjalan bersama ayah kami diatas tandunya. Lalu dia berkata pada kami. “Bertasbilah sampai di pohon itu. “lalu kamipun bertasbih sampai di pohon yang ditunjuknya. Kemudian Nampak lagi pohon lain, lalu dia berkata pada kami, “Bertakbirlah sampai di pohon itu”lalu kami pun bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan ayah kami.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

   Segala bentuk budaya Melayu yang kita pegang teguh saat ini merupakan warisan Kerajaan Melayu  masa lalu. Keteladanan orang melayu dalam memanfaat kan waktu merupakan ciri khas orang melayu, mereka tidak akan meluangkan waktu mereka untuk hal yang sia-sia. Keteladanan orang melayu ini sangat menjunjung tinggi waktu untuk bekerja keras. Dalam masyarakat orang melayu, keteladanan orang melayu dalam memanfaatkan waktu dan  petuah keburukan  tidak memanfaatkan waktu merupakan etika atau budaya, sopan  santun serta  bertutur kata  orang melayu, orang  melayu sangat semangat dalam bekerja dan tidak mudah putus asa, mereka tidak membuang waktu begitu saja. Keteladanan orang melayu dalam memanfaat kan waktu sangat penting.

3.2 Saran

      Kandungan tunjuk ajar melayu ini merupakan gabungan dari nilai-nilai islam , nilai-nilai budaya melayu dan norm-norma social yang terdapat dalam masyarakat melayu Riau. Nilai-nilai islam sangat jelas terdapat dalam tunjuk ajar melayu karena keberadaan budaya melayu berkaitan erat dengan nilai-nilai islam. Bahkan sebagian orang mengatakan bahwa islam menjadi identitas utama orang melayu. Tenas Effendy lebih tegas menyatakan bahwa dalam tunjuk ajar melayu terkandung ajaran islam dan berbagai ilmu yang berguna dan juga keteladanan dalam memanfaatkan waktu.
Oleh sebab itu tunjuk ajar melayu sangat penting bagi orang melayu karena kandungannya mencerminkan nilai-nilai luhur yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tunjuk ajar melayu yang disampaikan orang-orang tua melayu digunakan untuk mengingatkan masyarakat terhadap nilai-nilai luhur agar kehidupan manusi ini lebih terarah karena telah mempunyai kecenderungan lupa, Effendy menerangkan bahwapentingnya kedudukan tunjuk ajar dalam kehidupan orang melayu menyebabkan mereka berupaya sekuat tenaga untuk memperlajari, memahami, selanjutnya mewariskan tunjuk ajar secara turun temurun”



DAFTAR PUSTAKA

Haji, Raja Ali. 2002. Tuhfat Al – Nafis Sejarah Riau – Lingga dan Daerah Takluknya 1699-1864. Tanjungpinang : Yayasan KhazanahMelayu.
Hasbullah. 2009. Islam dan Tamadun Melayu. Tanjungpinang :  Berdaulat Riau.
Idris, Muhammad. 2016. Tamadun dan Tunjuk Ajar Melayu. Tanjungpinang : UMRAH Press.
Galba, Sindu, dkk. 2002. Pengkajian Nilai-Nilai Budaya Melayu Pakaian Tradisional Masyarakat Melayu Kepulauan Riau. Tanjungpinang : Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Riau bekerjasama dengan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang.
Gunawan, Arif. 2010. Tradisi dan Kearifan Lokal Pulau Sumatera. http://pakguruhonorer.blogspot.co.id/2015/06/tradisi-dan-kearifan-lokal-pulau.html. Diakses pada 11 April 2016, 19:33 WIB.
Muhammad Amin, Maswardi. 2012. Memasyarakatkan Budi Pekerti yang Terkandung dalam Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji. Tanjungpinang : Absolute Media
Oktaviana, Putri Zulva. 2013. Kearifan Budaya Lokal daerah Kepulauan Riau. http://sitohangdaribintan.blogspot.com/2013/03/diskusi-tentang-kearifan-lokal.html. Diakses pada 25 April 2016, 20:40 WIB.
Putra, Lukmannulhakim. 2006. Pulau Penyengat Nyata-Nya Inderasakti. CV. Bandung : Rijakarsa Mandiri.
Peamanriza, Ediruslan. 1985. Pertemuan Budaya Melayu Riau 1985. Tanjungpinang : Pemerintah Daerah Tingkat I.

Sofyan, Faisal. 2014. Sejarah Persemendaan Melayu dan Bugis. Tanjungpinang : CV. Milaz Grafika dan CV. Halis Jaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar